Image and video hosting by TinyPic Image and video hosting by TinyPic
Jika kemarin tidak berakhir seperti yang kamu inginkan, ingatlah jika Tuhan ingin kemarinmu sempurna, Dia tidak perlu ciptakan hari ini
Image and video hosting by TinyPic

Library

gravatar

Kisah Relawan Sukhoi, Bau Amis Jadi Teman


 foto


 Jumat pagi, 11 Mei 2012, Surya bersama 20 orang tim lainnya berbaris di lapangan depan peternakan Embrio, Cijeruk, Kabupaten Bogor. Mereka tengah bersiap membelah hutan menuju lokasi jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 di kawasan Gunung Salak 1.

Hutan lebat dan jalur yang terjal menghadang. Tim tentu harus mempersiapkan fisik dengan maksimal agar bisa sampai di tujuan. Surya masuk dalam tim Carlie yang berjumlah 20 orang dari Korps Pasukan Khusus (Kopassus) dan Palang Merah Indonesia (PMI). "Kami berangkat pada pukul 06.00 WIB," kata Surya.

Meskipun sudah beberapa kali naik-turun Gunung Salak, warga Ciapus, Kabupaten Bogor, yang merupakan anggota PMI Kabupaten Bogor ini baru pertama kali menjajal jalur Embrio. Menurut dia, jalur tersebut mempunyai medan yang sangat berat. "Jalan sangat terjal, hutannya lebat sehingga tim harus bersama agar tidak ada yang terpisah," katanya.

Ketika tiba di lokasi sekitar pukul 12.30 WIB, tim kemudian melakukan briefing untuk membagi pekerjaan. Surya kebagian tugas untuk ikut turun menyisir ke lokasi jatuhnya pesawat yang berada di tebing puncak Salak 1.

Pada penyisiran hari pertama itu, Surya mendapati puingan pesawat dan ceceran tubuh korban. Dia mengaku sempat terdiam saat melihat keadaan di sana. "Saya sangat kaget. Betapa dahsyatnya benturan pesawat ini. Seperti meledak karena sebagian besar korban terbakar," kata Surya.

Bersama tim lainnya, Surya melakukan penyisiran hingga pukul 15.00 sore. Mereka berhasil mengevakuasi koban yang kemudian dimasukkan dalam delapan kantong mayat, tiga di antaranya berhasil diangkut ke atas puncak dan siap untuk dibawa menggunakan helikopter.

"Cuaca saat itu sangat gelap. Kami hanya berhasil mengangkat tiga kantong, sisanya kami simpan di bawah untuk diangkut besok," katanya.

Namun, karena helikopter Super Puma yang disiapkan untuk evakuasi tidak mampu menembus tebalnya awan, tim pun terpaksa bermalam di antara tiga kantong jenazah. "Saya tidak berpikir macam-macam. Yang penting tidur dan besok kembali menyisir," kata Surya.

Keesokan harinya, bunyi helikopter Super Puma terdengar samar dari puncak Manik. Suara radio mengabarkan evakuasi siap dilakukan. Berada tepat di atas puncak, Super Puma menurunkan keranjang dengan tali untuk mengangkut kantong jenazah. "Tiga kantong jenazah berhasil dikirim," katanya.

Surya kemudian tidak mendapat tugas untuk menyisir kembali ke tebing. Dia ditugasi untuk mengidentifikasi dan mencatat isi dalam kantong jenazah yang diangkut ke atas puncak sebelum dibawa dengan helikopter.

Pekerjaan itu ia lakukan hingga Ahad sore sebelum turun dari Gunung Salak pada Senin pagi. "Selama itu saya tidak ganti pakaian. Bau amis jenazah menjadi teman selama di sana," katanya.

source : http://www.tempo.co/read/news/2012/05/17/173404433/Kisah-Relawan-Sukhoi-Bau-Amis-Jadi-Teman


Artikel Terkait:

Terima kasih telah mengunjungi windeartfly.co.cc Silakan tinggalkan komentar jika anda berkenan

Berkomentarlah dengan baik dan sopan demi kenyamanan bersama.

Image and video hosting by TinyPic

Klik Disini untuk melihat ke situs resmi SUZUKI

Temukan Artikel yang Ingin Anda Cari Disini

Language Translate

Komunitas

Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic