Inilah 7 Wanita yang Menjadi Pemimpin Negara
1. Angela Merkel, Kanselir Jerman
Perempuan paling berpengaruh di kancah politik dunia ini memiliki gelar doktor di bidang fisika universitas ternama di Jerman Timur. Ia banting stir ke dunia politik dan berhasil memenangkan kursi parlemen di Bundestag pada pemilu pasca bersatunya negara yang terkenal dengan sejarah partai Nazi tersebut pada Desember 1990. Kanselir Helmut Kohl langsung memberinya kepercayaan untuk menduduki jabatan menteri di kabinet, setahun kemudian. Merkel yang menikah dua kali dan tak memiliki anak ini mengakui dirinya memiliki rasa kepercayaan diri yang sangat tinggi. Baginya, tak ada salahnya menjadi orang yang ambisius.
2. Cristina Fernandez de Kirchner, Presiden Argentina
Sejak terpilih menjadi presiden pada November 2007, Christina membuktikan bahwa ia tak lagi tampil sebagai bayang-bayang kesuksesan suaminya, Nestor. Ia telah mampu bertahan dengan kekuatan pertanian negara yang ia pimpin. Perseteruan dengan Amerika atas dugaan kasus mengandung kampanye ilegal dan sejumlah trik politik ekonomi yang akhirnya menggulingkan gubernur bank central Argentina, awal tahun ini. Dengan sepak terjang dan kemampuan pidatonya, ia dipastikan mampu menandingi pemimpin wanita legendaris Argentina sebelumnya, yakni Evita Peron.
3. Dilma Rousseff, Presiden Brazil
Wanita tangguh ini selalu menyerukan kepada kaum wanita bahwa kaumnya itu memang bisa melakukan hal besar untuk negara dan dunia. Rousseff menjadi wanita pertama yang menjadi pemimpin negara di Brasil. Langkah besarnya dalam memimpin negara menjadi sebuah pembuktian bagi presiden sebelumnya, Luiz Inacio Lula da Silva, yang telah memilihnya dengan cermat. Kepada Lula ia berjanji akan menyertakan keramahan dan kerja luar biasa sebagai pemimpin negara. "Saya tahu bagaimana menghormati warisan dari beliau, saya tahu bagaimana harus berkonsolidasi dan maju terus dengan tugas-tugas darinya," ucapnya kepada sebuah pidato kenegaraan.
4. Julia Gillard, Perdana Menteri Australia
Gillard, 48 tahun, menjadi perdana menteri wanita pertama di Australia setelah Kevin Rudd berhasil digulingkan oleh tindakan makar partai buruh, 24 Juni 2010. Dengan tugas membangun kembali adanya pengurangan dukungan dalam tubuh partainya, ia maju hanya dalam waktu tiga minggu menjelang pemilu, dengan harapan akan mendapat suara maksimal. Namun hasilnya berkata lain, baik partai yang dipimpin Gillard maupun koalisi partai Liberal-Nasionalis pimpinan Tony Abbott mampu sama-sama bertahan. Hasil imbang terseut akhirnya terpatahkan pada 7 September. Setelah lebih dari 2 minggu setelah negoisasi dengan kandidat, Gillard pun memenangkan suara mayoritas di parlemen.
5. Ellen Johnson Sirleaf, Presiden Liberia
Jalan wanita yang pernah mengenyam pendidikan di Wisconsin dan Harvard, Amerika agar bisa duduk di kursi presiden tidak mulus. Sebelumnya ia menjadi Menteri Keuangan Liberia(1970), bahkan pernah melarikan diri ke Kenya dan menjadi direktur Citibank (1980) saat terjadi kudeta di Liberia, ia kembali ke Liberia tahun 1996 dan mencalonkan diri sebagai kandidat presiden namun kalah suara dari Charles Taylor. Tahun 2005 ia kembali mencalonkan diri dan akhirnya berhasil menjadi presiden.
6. Sheikh Hasina Wajed, Perdana Menteri Bangladesh
Sebuah kudeta pada 1975 memaksanya melarikan diri untuk menyelamatkan diri. Sebagian besar keluarganya terbunuh termasuk perdana menteri Sheik Mujibur Rahman. Ia terpilih sebagai perdana menteri Bagladesh pertama kalinya di tahun 1996, namun ia digulingkan di tahun 2001 karena Transparency International menyebut Bangladesh sebagai negara terkorup di dunia. Tapi itu bukanlah akhir dari karirnya. Ia bersama partai Awami berhasil memenangkan perolehan kursi parlemen di tahun 2009 dan terpilih kembali menjadi perdana menteri.
7. Johanna Sigurdardottir, Perdana Menteri Islandia
Perhatiannya terhadap dunia politik dan pemerintahan negara bukanlah hal baru bagi mantan pramugari ini. Sejak masuk ke parlemen tahun 1978, ia berhasil memenangkan kursi parlemen sebanyak delapan kali berturut-turut. Hal tersebut menjadikannya terkenal di negaranya. Selain sebagai perdana menteri wanita pertama di Islandia, Sigurdardottir juga yang pertama kali menyatakan dan melegalkan hubungan sesama jenis di depan publik. Juni 2010, ketika Islandia melegalkan perkawinan sesama jenis, ia pun turut mengikat janji dengan pasangan lesbiannya setelah tujuh tahun bersama dan terjun di dalam persekutuan sipil di Islandia.
Terima kasih telah mengunjungi windeartfly.co.cc Silakan tinggalkan komentar jika anda berkenan
Berkomentarlah dengan baik dan sopan demi kenyamanan bersama.