(Kisah Cerita) Api dan Asap
Suatu ketika, ada sebuah kapal yang tenggelam diterjang badai.
Semuanya porak poranda. Tak ada awak yang tersisa, kecuali satu
orang yang berhasil mendapatkan pelampung. Namun, nasib baik
belum berpihak pada pria ini. Dia terdampar pada sebuah pulau
kecil yang tak berpenghuni, jadi dia sendirian dan tak punya bekal
makanan.
Dia terus berdoa pada Allah SWT untuk menyelamatkan jiwanya.
Setiap saat, dipandangnya ke penjuru cakrawala, mengharap ada
kapal yang datang merapat. Sayang, pulau ini terlalu terpencil,
dan tak ada kapal yang mau melewatinya. Lama kemudian, pria ini
pun lelah untuk berharap. Lalu, untuk menghangatkan badan, ia
membuat perapian, sambil mencari kayu dan pelepah nyiur untuk
tempatnya beristirahat. Dibuatnya ruman-rumahan, sekedar tempat
untuk melepas lelah. Disusunnya semua daun nyiur dengan cermat,
agar bangunan itu kokoh dan dapat bertahan lama.
Keesokan harinya, pria malang ini sibuk mencari makanan. Dicarinya
buah-buahan untuk penganjal perutnya yang lapar. Semua pelosok
dijelajahi, hingga kemudian, ia kembali ke gubuknya. Namun,
ia sangat terkejut. Semuanya telah hangus terbakar, rata dengan
tanah, hampir tak bersisa. Gubuk itu terbakar, karena perapian
yang lupa dipadamkannya. Asap membubung tinggi, dan hilanglah
semua kerja kerasnya semalam. Pria inipun berteriak marah,
"Ya Allah, mengapa Kau lakukan semua ini padaku. Mengapa?...
Ohh Mengapa?". Teriaknya melengking menyesali nasib.
Tiba-tiba...terdengar peluit yang ditiup. Tuittt.....tuuitttt.
Ternyata ada sebuah kapal yang datang. Kapal itu mendekati pantai,
dan turunlah beberapa orang menghampiri pria yang sedang menangisi
gubuknya ini. Pria ini kembali terkejut, ia lalu bertanya,
"Bagaimana kalian bisa tahu kalau aku ada disini?
Mereka menjawab, Kami melihat simbol asapmu!!
Sangat mudah memang bagi kita, untuk marah saat musibah itu tiba.
Nestapa yang kita terima, tampak akan begitu berat, saat terjadi
dan berulang-ulang. Kita memang bisa memilih untuk marah, mengumpat,
dan terus mengeluh. Namun, teman, agaknya kita tak boleh kehilangan
hati kita. Sebab, Allah SWT akan selalu ada pada hati kita, walau
dalam keadaan yang paling berat sekalipun. Dan teman, ingatlah,
saat ada "api dan asap" yang membubung dan terbakar dalam hatimu,
jangan kecil hati. Jangan sesali semua itu. Jangan hilangkan
perasaan sabar dalam kalbumu. Sebab, bisa jadi, itu semua adalah
sebagai tanda dan simbol bagi orang lain untuk datang padamu, dan
mau menolongmu. Sebab, untuk semua hal buruk yang kita pikirkan,
akan selalu ada jawaban yang menyejukkan dari-Nya.
Allah Maha Tahu yang terbaik buat kita. Janganlah-hilangkan-harapan-itu.
Semuanya porak poranda. Tak ada awak yang tersisa, kecuali satu
orang yang berhasil mendapatkan pelampung. Namun, nasib baik
belum berpihak pada pria ini. Dia terdampar pada sebuah pulau
kecil yang tak berpenghuni, jadi dia sendirian dan tak punya bekal
makanan.
Dia terus berdoa pada Allah SWT untuk menyelamatkan jiwanya.
Setiap saat, dipandangnya ke penjuru cakrawala, mengharap ada
kapal yang datang merapat. Sayang, pulau ini terlalu terpencil,
dan tak ada kapal yang mau melewatinya. Lama kemudian, pria ini
pun lelah untuk berharap. Lalu, untuk menghangatkan badan, ia
membuat perapian, sambil mencari kayu dan pelepah nyiur untuk
tempatnya beristirahat. Dibuatnya ruman-rumahan, sekedar tempat
untuk melepas lelah. Disusunnya semua daun nyiur dengan cermat,
agar bangunan itu kokoh dan dapat bertahan lama.
Keesokan harinya, pria malang ini sibuk mencari makanan. Dicarinya
buah-buahan untuk penganjal perutnya yang lapar. Semua pelosok
dijelajahi, hingga kemudian, ia kembali ke gubuknya. Namun,
ia sangat terkejut. Semuanya telah hangus terbakar, rata dengan
tanah, hampir tak bersisa. Gubuk itu terbakar, karena perapian
yang lupa dipadamkannya. Asap membubung tinggi, dan hilanglah
semua kerja kerasnya semalam. Pria inipun berteriak marah,
"Ya Allah, mengapa Kau lakukan semua ini padaku. Mengapa?...
Ohh Mengapa?". Teriaknya melengking menyesali nasib.
Tiba-tiba...terdengar peluit yang ditiup. Tuittt.....tuuitttt.
Ternyata ada sebuah kapal yang datang. Kapal itu mendekati pantai,
dan turunlah beberapa orang menghampiri pria yang sedang menangisi
gubuknya ini. Pria ini kembali terkejut, ia lalu bertanya,
"Bagaimana kalian bisa tahu kalau aku ada disini?
Mereka menjawab, Kami melihat simbol asapmu!!
Sangat mudah memang bagi kita, untuk marah saat musibah itu tiba.
Nestapa yang kita terima, tampak akan begitu berat, saat terjadi
dan berulang-ulang. Kita memang bisa memilih untuk marah, mengumpat,
dan terus mengeluh. Namun, teman, agaknya kita tak boleh kehilangan
hati kita. Sebab, Allah SWT akan selalu ada pada hati kita, walau
dalam keadaan yang paling berat sekalipun. Dan teman, ingatlah,
saat ada "api dan asap" yang membubung dan terbakar dalam hatimu,
jangan kecil hati. Jangan sesali semua itu. Jangan hilangkan
perasaan sabar dalam kalbumu. Sebab, bisa jadi, itu semua adalah
sebagai tanda dan simbol bagi orang lain untuk datang padamu, dan
mau menolongmu. Sebab, untuk semua hal buruk yang kita pikirkan,
akan selalu ada jawaban yang menyejukkan dari-Nya.
Allah Maha Tahu yang terbaik buat kita. Janganlah-hilangkan-harapan-itu.
sumber : Anonim
Terima kasih telah mengunjungi windeartfly.co.cc Silakan tinggalkan komentar jika anda berkenan
Berkomentarlah dengan baik dan sopan demi kenyamanan bersama.