Image and video hosting by TinyPic Image and video hosting by TinyPic
Jika kemarin tidak berakhir seperti yang kamu inginkan, ingatlah jika Tuhan ingin kemarinmu sempurna, Dia tidak perlu ciptakan hari ini
Image and video hosting by TinyPic

Library

gravatar

Penghancuran PKI dan Pembantaian Tahun 1965

 Tahun 1965-1966 merupakan tahun yang sengaja “dilupakan” dalam sejarah Indonesia. Rezim Orba hanya membenarkan satu versi mengenai peristiwa 1 Oktober 1965, sedangkan berbagai versi lainnya yang ditulis oleh pengamat Barat hampir tidak dikenal masyarakat luas. Pembantaian yang terjadi sesudah percobaan Kudeta yang gagal itu hanya tinggal sebagai trauma bagi orang-orang yang kebetulan mengalaminya. Penelitian tentang sejarah 1965 tertutup rapat bagi warga di tanah air kita. sampai saat ini, untuk menengok koran tahun 1965-1966 di perpustakaan Nasional jakarta masih perlu minta izin dari pihak keamanan.Penghancuran PKI dan Pembantaian Tahun 1965
Beruntunglah orang Indonesia yang sempat belajar di luar negeri sehingga dapat mempelajari peristiwa 1965  itu secara leluasa. Sebagian koran-koran terbitan tahun 65-66 dapat dijumpai di Leiden atau di Cornell. Sungguhpun penelitian lapangan pada masa Orba mesti dilakukan secara klandestin, artinya dikerjakan dengan menyamarkan sebagai riset dengan tema lain seperti sejarah pesantren.
Dua disertasi yang ditulis peneliti Indonesia adalah The destruction of the Indonesian Communist party (a comparative analysis of East Java and bali. oleh Iwan gardono Sudjatmiko di Harvard University (1992) dan The forgetten Years: The indonesia’s Missing history of mass Slaughter (Jombang-Kediri, 1965 – 1966) oleh Hermawan Sulistyo pada Arizona State University tahun 1997.
Jumlah Korban pembantaian tahun 1965 – 1966 itu tidak mudah untuk diketahui secara persis. Dari 39 artikel yang dikumpulkan Robert Cribb, banyak korban berkisar 78.000 sampai 2.000.0000 jiwa. Bila semuanya dijumlah  dan di dan dibagi 39, maka akan didapat rata-rata 430.590 orang. Angka ini cukup moderat, tidak terlampau rendah dan tidak terlampau tinggi. Sebanyak 65% korban terdapat di Jawa tengah, jawa Timur dan bali. yang jelas, peristiwa itu telah melenyapkan PKI yang merupakan partai komunis terbesar ke tiga dunia.
Secara sosiologis, Iwan Gardono membagi 2 analisis kehancuran PKI, pertama, analisis yang menekankan perubahan sosial makro dan kedua, analisis berdasarkan aspek prilaku. Menurut kelompok yang pertama, kehancuran PKI disebabkan terjadinya polarisasi panjang yang menghasilkan masa transisi dari masyarakat tradisional sehingga terjadi Konflik antara PKI, PNI, NU dan TNI.
Penjelasan dengan menekankan kontradiksi antara negara yang berusaha meningkatkan keuasannya dengan upaya pencarian identitas nasional diketengahkan oleh Michael van Langenberg. menurut kelompok kedua, penyebab kehancuran PKI adalah perubahan pola paertai ini yang menerapkan strategi Peking dan meninggalkan pola peacefull coexistence ala Moskow. Orientasi PKI ke Peking yang dicanangkan 23-26 Desember 1963 mendorong ketegangan dan kerusuhan di daerah pedesaan. PKI melakukan mobilisasi massa dalam mendukung pelaksanaan UU pokok Agraria yang telah dikeluarkan tahun 1960 sehingga menimbulkan konflik di desa-desa. Selain dari pelaksanaan land reform, Sartono Kartodirjo juga melihat unsur pelecehan agama islam melalui ludruk dan wayang menjelang 1965 menyebabkan polarisasi dan konflik di tengah masyarakat.
Latar belakang geografis juga penting. Tahun 1962-1963 terjadi kemarau yang berkepanjangan yang disertai kegagalan panen padi, hama tikus yang merusak dan menimbulkan kelaparan di pulau Jawa. makanan Pokok, bensin dan minyak sering menghilang dari pasar. Kesulitan ekonomi menambah panas suhu politik. meletusnya gerakan 1 oktober 1965 menjadi klimaks dari kepengapan hidup selama bertahun-tahun sebelumnya dan memicu orang melakukan kekerasan di luar batas.
Dari hasil penelitian Hermawan sulistyo disimpulkan bahwa pembantaian PKI itu tidak dilakukan secara sistematis. Pola bervariasi dari suatu daerah ke daerah lain. Khusus menyangkut Jombang dan kediri, pembasmian PKI merupakan konsekuensi logis dari konflik yang sudah berlangsung mertahun-tahun antara berbagai faksi di dalam masyarakat Lokal.
Yang jelas ada 2 faktor pendukung. pertama budaya amuk yang dipercayai sebagai unsur penopang kekerasan. Kedua, konflik didaerah-daerah antara golongan komunis dan non-komunis terutama para kiai sidah tampak sejak tahun 1960-an. Ketiga: militer diduga juga berperan dalam menggerakkan massa. Keempat, faktor provokasi oleh media massa yang menyebabkan masyarakat menjadi geram.
Menjadi pertanyaan, apakah peristiwa pembunuhan massal terutama di lulau jawa dan bali itu dapat dikategorikan sebagai genosida oleh negara??. Tidak cukup bukti untuk mendukung pernyataan tersebut. menjadi tanda tanya, mengapa pihak keamanan tidak berusahan mencegahnya sehingga korban yang jatuh tidak sebanyak itu. Paling tidak, ada kesan bahwa mereka membiarkan hal itu terjadi. Bukankah itu berarti menyingkirkan kelompok yang menjadi musuh mereka selama ini

source : http://pustakasekolah.com


Artikel Terkait:

gravatar

wah mengerikan skali ya gan...
sukses slalu ya

Terimakasih Untuk Komentar Sobat ... by Windeartfly

Terima kasih telah mengunjungi windeartfly.co.cc Silakan tinggalkan komentar jika anda berkenan

Berkomentarlah dengan baik dan sopan demi kenyamanan bersama.

Image and video hosting by TinyPic

Klik Disini untuk melihat ke situs resmi SUZUKI

Temukan Artikel yang Ingin Anda Cari Disini

Language Translate

Komunitas

Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic